Selasa, 20 Januari 2015

Tugas 11 Ekonomi Koperasi Peluang dan Tantangan koperasi dalam menghadapi MEA 2015

Nama : Dina Audina
NPM : 12213535
Kelas 2EA18




Ekonomi Koperasi Peluang dan Tantangan Koperasi dalam Menghadapi MEA 2015

BAB I
PENDAHULUAN

MEA adalah sebuah revolusi ekonomi ASEAN dimana menjadikan sebuah wilayah regional yang tidak memiliki batas untuk melakukan pergerakan barang dan jasa serta tenaga kerja yang didukung oleh modal baik domestik maupun asing. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN yang ikut mensetujui pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus menghadapi berbagai tantangan dibidang ekonomi khususnya domestik. Kesiapan Indonesia untuk membuka pasar ekonomi bebas di tingkat regional mau tidak mau memberikan perhatian serius bagi pihak pemerintah sebagai aktor negara dan pelaku-pelaku ekonomi lainnya atau aktor non negara yaitu pengusaha dan organisasi ekonomi. Dengan terciptanya integrasi kawasan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) selain merupakan suatu tantangan yang akan dihadapi negara di kawasan tersebut, perlu diperhatikan masalah-masalah yang akan ditimbulkan. Masalah tersebut lebih kepada kesiapan negara anggota khususnya,Indonesia untuk menghadapi persaingan ekonomi global yang bersifat terbuka dan represif. Indonesia perlu segera memperhatikan faktor-faktor pendukung, baik internal maupun eksternal agar dampak yang ditimbulkan di kemudian hari akibat arus barang dan jasa yang bebas, memberikan dampak dan pengaruh yang positif.
Pembentukan MEA diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing kawasan dalam perekonomian global melalui empat kerangka strategis yang meliputi pasar tunggal dan basis produksi internasional, kawasan ekonomi yang saling memiliki daya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata, peningkatan kesejahteraan masyarakat ASEAN, mengurangi tingkat pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak dan hubungan kerjasama ekonomi yang erat dengan organisasi global lainnya. Hal ini tentunya akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN yang mayoritas merupakan negara berkembang.
Untuk menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, sebagian masyarakat melibatkan diri dalam berbagai usaha yang berproduktif adapula yang bergabung dalam wadah yang memiliki legalitas seperti koperasi. Koperasi menciptakan peluang bagi masyarakat untuk membantu dirinya sendiri. Lebih dari 800 juta orang diseluruh dunia sudah menjadi anggota koperasi. Meskipun koperasi lebih memberi fokus untuk memenuhi kebutuhan lokal para anggotannya, mereka juga bekerjasama dan terkait. Mereka sama-sama mendukung dan mempraktekan nilai maupun prinsip yang terkandung didalam ICIS (Pernyataan Internasional tentang jatidiri Koperasi). Basis demokrasi dan kombinasi tujuan sosial ekonomi yang unik menempatkan koperasi sebagai lembaga ideal yang berperan untuk meningkatkan kelayakan globalisasi. Dalam banyak hal koperasi adalah cermin dan lebih menampakan wajah kemanusiaan dari globalisasi yang mementingkan uang dan modal semata-mata. Bukan tidak mungkin untuk menghadapi persaingan pasar bebas pengembangan peran masyarakat melalui koperasi akan menjadi salah satu titik yang menjadikan globalisasi sebagai pembukaan kesempatan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk menunjukan sejauhmana potensi dan apa yang akan dilakukan koperasi agar bertahan dalam globalisasi yang diwarnai oleh persaingan efisiensi dan profesionalisme pelaku bisnis dan apa yang sesungguhnya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan koperasi dalam memberdayakan masyarakat dalam potensi ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN
Munculnya Masyrakat Ekonomi Asean seharusnya dapat menumbuhkan perekonomian di Indonesia secara umum, globalisasi tidak dapat di lawan karena semua orang akan selalu ingin maju. Jadi koperasi tidak bisa melawan, koperasi harus berjalan secara bersama-sama. Di Negara berkembang seperti Indonesia harusnya koperasi dapat berkembang untuk melawan ketidak pastian dan kejamnya dunia ekonomi pada saat ini. Karena koperasi merupakan salah satu lemabaga ekonomi rakyat yang menggerakan perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat.
Peluang dengan adanya MEA 2015, antara lain :
-          Terbentuknya pasar untuk produk ekspor di Asean
-          Memudahkan untuk bisa mengakses modal investasi antar Negara Asean
-          Memudahkan memperoleh barang/jasa yang diproduksi diluar Negara kita

Tantangan yang dihadapi dengan adanya MEA 2015, antara lain :
-          Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing karena harga dan kualitas produk kita kalah dibanding Negara lain di Asean
-          Semakin banyaknya produk impor di pasaran dalam negeri yang akan mematikan usaha di Negara kita, contohnya saja Koperasi yang semakin harus dapat bersaing
-          Masuknya SDM dari Negara lain yang mungkin lebih berkualitas, yang akan menggusur tenaga keja dalam negeri


Dengan semakin tingginya peluang Koperasi yang semakin banyak dan berjalan dengan baik di Indonesia. Banyak pula masalah/tantangan yang dihadapi oleh Koperasi di Indonesia memang masih belum terselesaikan, apalagi dengan munculnya MEA 2015 ini. Seperti diantaranya :
-          Lemahnya kelembagaan koperasi
-          Lemahnya modal internal koperasi
-          Kurangnya inovasi dalam bisnis koperasi dan lambannya pemanfaatan IT
-          Lemahnya kualitas SDM dan kurangnya profesionalisme di Koperasi


Setelah dilihat diatas, dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh koperasi, maka koperasi harus melakukan peningkatan daya saing untukn menghadapi MEA 2015, yaitu dari segi organisasi koperasi itu sendiri, bisnis koperasinya, dan juga Sumber Daya Manusianya.
Jika dilihat dari Organisasi Koperasi itu bisa dilakukan diantaranya :
1.      Memperkuat idiologisasi koperasi pada anggota
2.      Penguatan kelembagaan koperasi sebagai entitas bisnis modern
3.      Membangun kultur kreatif, inovatif dan nilai tambah damlam kerangka meningkatkan daya saing koperasi
4.      Memperkuat jaringan kemitraan koperasi dengan stake holder


Jika dilihat dari segi Bisnis Koperasinya, diantaranya :
1.      Peningkatan modal sendiri berdasar skala ekonomi yang layak
2.      Penerapan IT
3.      Kemitraan dengan pelaku bisnis lain
Jika dilihat dari segi Sumber Daya Manusia nya,antaralain :
1.      Peningkatan kualitas SDM koperasi
2.      Pengembangan system kompensasi yang menarik
3.      Profesionalisasi manajemen
4.      Pengukuran kinerja SDM yang unggul

Peran pemerintah dalam melakukan pembinaan pada koperasi juga berperan penting agar menciptakan koperasi yang bisa semakin berkembang dalam MEA 2015. Pemerintah merupakan aktor utama bagi perkembangan koperasi, karena kebijakan-kebijakan yang dilakukan harus pro rakyat dan demi kesejahteraan rakyat Indonesia semata jangan menguntungkan bagi bangsa lain. Disamping itu pemerintah juga harus membantu dana dalam mengembangkan koperasi, tetapi tidak hanya memberikan dana saja, pemerintah harus mengontrol pengguanaan dana tersebut.
Selain cara-cara diatasakan menjadi lebih baik & efektif lagi bila diadakan program penelitian dan pengembangan koperasi.
a)      Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan, yang meliputi seluruh aspek pengembangan perkoperasian melalui pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral yang terkoordinasi dan terintegrasi.
b)      Pengkajian dan perumusan pengetahuan perkoperasian dalam rangka penyusunan keilmuan koperasi, sebagai bahan pengajaran ilmu koperasi dalam pendidikan formal.
c)       Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan perkoperasian untuk memberikan masukan yang diperlukan bagi penyusunan pola pengembangan koperasi serta persiapan langkah-langkah bagi usaha membangun koperasi.
d)      Mengembangkan berbagai pola dan perangkat pembangunan koperasi baik perangkat lunak maupun perangkat keras, yang meliputi aspek-aspek manajemen personil, permodalan dan perkreditan, produksi serta pemasaran.
e)      Mengkaji proyek rintisan/percontohan dalam rangka memperoleh sistem dan peralatan teknis yang belum dijadikan pola atau sistem operasional.
f)       Mengembangkan pusat dokumentasi ilmiah dan informasi perkoperasian yang didukung oleh sistem dan jaringan informasi yang menyeluruh dan terpadu, guna memonitor dan mengevaluasi berbagai perkembangan pembangunan koperasi serta dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya.
g)      Meningkatkan kerjasama koperasi dengan lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, pengembangan dan pengkajian baik di lingkungan pemerintah maupun swasta.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Peluang koperasi memang besar di Indonesia, tetapi mungkin banyak juga tantangan yang akan dihadapi oleh koperasi di dalam MEA 2015. Agar bisa terus sejalan dengan MEA 2015, koperasi diharapkan bisa turut mengalami perkembangan, contohnya dengan ditumbuhkannya inovasi dan kreatifitas pada suatu organisasi koperasi. Sumber Daya Manusia yang ada di koperasi juga merupakan salah satu factor penting untuk mengembangkan koperasi, dnegan pelatihan dan pembinaan kiranya SDM dan organisasi koperasi dapat terus berkembang agar dapat terus eksis di dalam Masyarakat Ekonomi Asean saat ini. Infrastruktur penunjang bisnis seperti infrastruktur fisik,informasi dan komunikasi dan Sumber Daya Alam sangat diperlukan juga untuk meningkatkan daya saing daerah.

Sumber                        :
http://diplomacy945.blogspot.com/2010/06/kerjasama-ekonomi-di-kawasan-asia.html
http://amier-uddien.blogspot.com/2014/01/bagaimana-koperasi-di-indonesia.html

Minggu, 30 November 2014

Tugas 10 Persamaan dan perbedaan koperasi pada tingkat kelurahan dan kabupaten atau kota.

Nama :Dina Audina
NPM : 12213535
Kelas : 2EA18






Persamaan dan Perbedaan Koperasi pada Tingkat Kelurahan dan Kabupaten atau Kota.

Desa Gempolsewu , Kecamatan Rowosari , Kabupaten Kendal. Desa Gempolsewu berada di Kecamatan Rowosari yang berjarak ± 55 km arah barat dari kota Semarang, dan berbatasan langsung dengan laut jawa di sebelah utara, pada desa ini mempunyai Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Tawang, yang merupakan Pelabuhan Perikanan bertipe C atau pelabuhan perikanan yang dipunyai daerah tingkat II. Dengan keberadaan PPI Tawang di desa tersebut, maka menjadikan sebagian besar penduduknya berusaha dibidang perikanan atau sebagai nelayan dengan komposisi 4.083 orang (68,78%), buruh tani 722 orang
(12.16%), buruh industri dan bangunan 482 orang (8.12 %), petani 441 orang (7.43 %), dan sebagai pengusaha 210 orang (3.54 %).
Jika terjadi hujan, maka desa tersebut tidak pernah terlepas dari banjir, yang
disebabkan oleh karena genangan luapan
air dari sungai Kalikuto yang mencapai
ketinggian ± 1 meter.
Dari dukungan Sektor ekonomi terhadap w
ilayah , terdiri atas kontribusi sector
ekonomi terhadap PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto),factor pendukung wilayah
dan factor dukungan pemerintah daerah.
Pada kontribusi sector ekonomi terhadap PDRB, sector industri pengolahan
memberikan kontribusi relative share yang tinggi
dibandingkan sektor lain yaitu sebesar
42.58 % terhadap PDRB Kabupaten Kendal disusu
l, sektor pertanian rata-rata 24.7 %
dengan sub sektor bahan makanan, perkebuna
na, peternakan, kehutanan dan pertanian,
namun untuk subsektor perikanan hanya
memberikan kontribusi 1, 99 % pada tahun
1999, padahal subsektor ini menyimpan potensi
yang sangat besar mengingat keberadaan
fasilitas Pusat Pendaratan Ikan.
Faktor pendukung wilayah, untuk
infrastruktur sarana dan prasarana
perikanan dari segi kepemilikannya sebagian besar berusaha dengan menggunakan motor
tempel, padahal apabila digunakan untuk menangkap ikan di perairan hanya akan
mempunyai jangkauan yang terbatas, seda
ngkan untuk unit-unit penangkapan ikan
mempunyai fishing base namun berukuran relative kecil sehingga hanya memungkinkan
beroperasi di wilayah perairan pantai dengan waktu melaut hanya satu hari, pada
infrastruktur pertanian
yang mendukung usaha tani masyarakat desa tersebut adalah
adanya saluran irigasi teknis bagi areal pesawahan seluas 88.44 hektar (18.69 %), pada
infrastruktur pendidikan dan kesehatan
yaitu terdapatnya 6 unit SD swasta dan 1 unit
SLTP swasta namun tidak mempunyai SLTA
, disamping itu untuk tingkat pendidikan
desa Gempolsewu sebagian besar ta
mat SMP yaitu sebanyak 3.946 penduduk (40.71 %)
sedangkan untuk tamatan SD sebanyak
2.801 penduduk (28.89 %) dan SLTA sebanyak
631 penduduk (6.51%)
Faktor dukungan dari pemerintah daerah sangat kurang sekali, hal ini dapat dilihat
sampai dengan saat ini belum adanya program-program yang memberdayakan
masyarakat nelayan yang bergerak dibidang
perikanan, berbeda dengan bidang pertanian
yaitu adanya Bimas, Inmas,Insus, KUT dan
lain-lain, program yang hadir hanya Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dan terakhir adanya
program Protekan ( Program peningkatan
Ekspor Perikanan) pada tahun 2003.
Kondisi social masyarakat desa Gem
polsewu yang tergolong prasejahtera sangat
mendominasi yaitu sebanyak 1.395 keluarga at
au 52.60 % kemudian keluarga sejahtera
II/III sebanyak 907 keluarga atau 34.20 % dan keluarga sejahtera I sebanyak 350
keluarga atau 13.20 %, sedangkan dari sisi
kepemilikan rumahnya sebagian besar
tergolong tidak permanent atau masih dalam bentuk papan yaitu sebanyak 1.396 rumah
atau 55.86 %, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Gempolsewu tidak mampu
membeli rumah yang permanent dan semi permanent dengan demikian tergolong miskin.
Kelembagaan, satu-satunya lembaga dan fasilitas yang dimiliki nelayan desa
Gempolsewu adalah adanya Tempat pelelangan Ikan (TPI) Tawang, dan untuk setiap
nelayan yang masuk de desa tersebut di
wajibkan menjual hasil tangkapannya di TPI
Tawang.
6. Desa Bangunjiwo , Kecamatan Kasihan , Kabupaten Bantul.
Desa Bangunjiwo memiliki luas wilayah 15.43 km2, dengan jumlah penduduk
sebesar 19.185 jiwa sehingga kepadatan penduduknya sebesar 1.243 penduduk/km2.
Luas wilayah tersebut sebesar 1.077,78 hekt
ar (66.80 %)diperuntukan bagi permukiman
dan perumahan penduduk sedangkan sisanya
untuk sawah sebesar 322 hektar (19.96 %)
dan untuk jalan sebesar 95.84 hektar (5.94 %),
sedangkan dari sisi mata pencahariannya,
maka 88,29 % merupakan perajin gerabah da
n keramik sedangkan mata pencaharian
yang lain prosentasenya tidak mencapai 10 %,
hal ini terjadi karena tanah yang ada di
desa tersebut sangat mendukung terhadap usaha pembuata gerabah dan keramik.
Dari dukungan Sektor ekonomi terhadap wilayah , terdiri atas kontribusi sector
ekonomi terhadap PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto),factor pendukung wilayah
dan factor dukungan pemerintah daerah.
Pada kontribusi sector ekonomi terhad
ap PDRB, sector pertanian masih
mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap kegiatan perekonomian Kabupaten
Bantul yaitu 24 % terhadap PDRB setiap
tahunnya bahan pada tahun 1999 kontribusinya
mengalami peningkatan sebesar 29.22 %, kem
udian sektor industri pengolahan 17.53 %
dan sektor perdagangan sebesar 15.41 %.
Faktor pendukung wilayah,
potensi dukuh kasongan sebagai desa wisata
yaitu
suatu bentuk desa atau kawasan yang dike
mbangkan sebagai suatu obyek wisata atau
daerah tujuan wisata dengan memanfaatkan
potensi keberadaan pusat/sentra industri
lokal sebagai daya tarik utama yang akan dita
warkan kepada wisatawan. Besarnya jumlah
unit usaha kerajinan yang ada di desa tersebut dengan lokasi kegiatan meliputi beberapa
dusun sehingga membentuk suatu kawasan se
ntra industri kerajinan gerabah atau
keramik,
sarana perumahan
bagi penduduk desa tersebut 83.7 % atau sekitar 3.803 unit
merupakan rumah permanent, hal ini membuk
tikan bahwa sebagian besar masyarakat
desa Bangunjiwo dilihat dari sisi perumaha
nnya berada pada kondisi mampu dan sudah
berada diatas garis kemiskinan,
prasarana pendidikan dan kesehatan
di desa
Bangunjiwo adalah 10 unit TK, 11 unit SD, 2 un
it SLTP dan 1 unit SLB, adapun apabila
dilhat dari sisi tingkat pendidikannya, pe
nduduk desa Bangunjiwo sebagian besar taman
SLTP dan SLTA yaitu 44,8 % dan 22, 2 %,
sarana angkutan, perhubungan dan jalan
prosentase terbesar adalah sepeda sebagai
alat transportasinya yaitu sejumlah 3.998 atau
64.77 %, sedangkan alat komunikasi seperti
Kantor pos dan saluran telepon sebagai
sarana perhubungan juga telah memasuki wilayah desa Bangunjiwo.
Faktor dukungnan pemerintah setempat, yaitu telah berperan sejak tahun 1979
dengan didirikannya UPT (Unit Pelaksana Te
knis) sebagai kepanjangan tangan dari
Departemen Perindustrian dalam pembinaan pengembangan industi kecil.
Kondisi social masyarakat terlihat
cukup mapan, sehingga prosentase keluarga
miskinnya relative kecil.
Kondisi ekonomi, telah dikemukakan
diatas bahwa prosentase penduduk yang
bekerjan dibidang pertanian mencapai 39.84 %,
akan tetapi di desa Bangunjiwo jumlah
penduduk yang berprofesi sebagai pengra
jin mencapai 88,3 %, penghasilan yang
diperoleh pemilih gerabah dari penjualannya
berkisar antara Rp. 1,5 juta sampai Rp. 10
juta/bulan atau rata-rat per bulan laba bersih sebesar Rp. 3,35 juta. Beberapa pemilih
gerabah yang sudah maju biasanya mempeker
jakan beberapa tenaga sebagai tukang dan
designer. Tukang dalam bekerjanya mengguna
kan system borongan dengan memperoleh
bayaran Rp. 50 ribu – Rp. 100 ribu sekali borongan, sedangkan designer dalam setiap
bulannya memperoleh bayaran antara Rp. 500 ribu – Rp. 1 juta, bila dilihat bayaran
sebagai tukang tidak begitu besar bahkan kurang dari standar garis kemiskinan untuk
Daerah Yogyakarta yaitu Rp. 76.773/kapita/
bulan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pekerja tukang sangat rentan terhadap kemisk
inan bila tidak ada pekerjaan sampingan
untuk menambah penghasilannya.
Kelembagaan, Peran UPT sangat besar sekali bagi perkembangan kerajinan
gerabah, terutama ditujukan dalam membina kelompok pengrajin gerabah dalam
meningkatkan mutu dan kualitas dari kerajinan gerabah, disamping kelembagaan
ekonomi, juga kelembagaan social berk
embang pula di desa tersebut. Lembaga
Mausyawarah Desa atau yang sekarang berg
anti nama menjadi Badan Perwakilan Desa
(BPD) perannya belum terlihat.
Analisis Data
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai ciri ,karakterisitik , potensi dari
keragaman sumber daya dari masing – masing
desa , maka terdapat perbedaan potensi
dan ciri dari masing – amsing desa cont
oh. Namun ada ciri yang khas dari masing –
masing desa tersebut adalah komoditas yang dihasilkan.
Dari kriteria tersebut , dapat diidentifik
asikan beberapa ciri dari masing – amsing
tipologi desa , yakni tingkat kemi
sikinan , struktur matapencarian , sarana dan prasarana ,
sumber daya manusia , kepemilikan asset lahan , dan kelembagaan.
Tingkat Kemiskinan
. Rata – rata tingkat kemiskinan pada keluarga petani pada
masing – masing desa relative tinggi kecuali
Desa Kertawangi dengan spesifikasi desa
peternakan sapi perah dan Desa bangunjiwo dengan spesifikasi desa jasa dan
perdagangan. Pada Desa Kertawangi kondisi
ini dimungkinkan karena bila dihitung nilai
ekonomis dari ternak sapi perah , satu ekor te
rnak siap perah dapat dijual seharga 8 juta
perekor. Disamping itu , produksi susu yang di
hasilkan mampu memberikan nilai tambah
pendapatan bagi keluarga petani. Namun kondisi ini sangat rentan dengan ilkim dan
lahan karena peternakan sapi perah sanga
t berhubungan erat dengan dengan kedua faktor
tersebut. Pada Desa Bangunjiwo , yang mer
upakan desa dengan penghasilan keramik dan
gerabah yang hasilnya dipasarkan ke pasar domestic maupun kepasar ekspor dengan
tujuan negara ekspor antara lain : Amerika , Australia , Belgia , Belanda , Jepang ,
Perancis , Saudi Arabia , Selandia Baru
, dan Singapura. Dengan telah merambahnya
pemasaran keramik dan gerabah tersebut ,
pendapatan dari para pengrajin , pengusaha
maupun pekerja akan semakin baik dan meningkat.
Struktur Matapencarian
. Matapencarian utama dari masing – masing desa
tersebut disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan kebanyakan masyarakat desa.
Biasanya matapencarian ini telah menjad
i turun temurun sebagi sumber penghidupan
petani. Namun adakalanya matapencarian
tersebut hanya sebagai matapencarian
alternative bila sumber daya sudah tidak memb
erikan nilai tambah bagi petani , seperti
pada Desa Sukasirna. Walaupun mereka me
nggarap lahan milik ataupun sewa , karena
penghasilan dari lading atau sawah hany
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari –
hari saja. Di samping itu , hamper seluruh desa contoh penduduknya mempunyai
matapencarian alternative sebagai penunjang
kehidupan mereka , akan tetapi kondisi ini
tidak dijumpai pada Desa Gempolsewu de
ngan spesifikasi desa nelayan , dan desa
Bangunjiwo dengan spesifikasi desa jasa da
n perdagangan. Pada Desa Gempolsewu
ketiadaan matapencarian alternative lebih banyak disebabkan karena ketiadaan
kemampuan dan keterampilan untuk berusaha
selain untuk menangkap ikan , dan pada
Desa Bangunjiwo , penduduk dengan matapencarian sebagai pengrajin gerabah tidak
mempunyai alternative matapencarian karena bekerja sebagai pengrajin gerabah dan
keramik lebih banyak menyita waktu , sehingga
tidak ada kesempatan untuk berusaha di
sector yang lain , juga mereka merasa te
lah cukup penghasilannya dari usaha kerajinan
keramik dan gerabah tersebut.
Kepemilikan Aset Lahan
. Kepemilikan lahan rata – rata untuk desa – desa yang
ada di Pulau Jawa kurang dari 0,5 Ha. Hal in
i disebabkan lahan – lahan di Pulau Jawa
mulai mengalami perubahan fungsi lahan , yaitu dari lahan pertanian menjadi perumahan
, industri atau yang lainnya. Hal tersebut
bisa disebabkan tingkat produksi dari lahan
semakin berkurang dan tentunya pendapatan
petanipun akan menurun juga dari hasil
pengelolaan lahan. Berbeda dengan dari lu
ar Pulau Jawa contohnya Desa Sipatuo ,
kemilikan lahan dari petani rata – rata di
atas 0,5 Ha. Hal ini sangat wajar karena daerah
– daerah di Pulau Jawa lahannya relative ma
sih luas dan perubahan fungsi lahan masih
belum terlalu tinggi sehingga mereka me
reka dapat memaksimalkan lahannya untuk
produksi komoditas yang mereka hasilkan.
Sumberdaya Manusia
. Sebagian besar penduduk dari desa contoh memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya ti
ngkat pendidikan ini akan berpengaruh
pada rendahnya kecepatan penyerapan a
dopsi teknologi , kemampuan untuk menggali
informasi dan rendahnya daya kreatifitas dan
inovasi. Kondisi ini bisa mempengaruhi
perkembangan pertanian maupun perikanan khus
usnya pada proses perubahan dari
system tradisional ke system yang lebih modern.
Sarana dan Prasarana
. Rata – rata infrastruktur jalan desa di desa contoh relative
baik dan dapat dilalui oleh kendaraan um
um , seperti angkurtan pedesaan , ojek.
Demikian juga dengan alat transportasi dan
komunikasi telah dapat diakses oleh desa –
desa contoh , seperti telepon , wartel dan
kantor pos. namun infrastruktur ekonomi ,
seperti pasar dan perbankan tidak dipunyai oleh seluruh desa contoh.
Kesimpulan dan rekomendasi
Dari hasil pengkajian pembangunan desa
– desa untuk mengatasi kemiskinan
yang menampilkan enam tipologi desa ( pesawahan , perkebunan , peternakan , ladang ,
perikanan dan jasa , serta perdagangan ) dan
keberagaman daerah kajian yaitu Pulau Jawa
( Jawa Barat , Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta ) dan luar Jawa ( Sulawesi
Selatan ) ada beberapa hal yang dapat menjad
ikan suatu kesimpulan sementara anatara
lain:
1. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di
desa contoh, sedikit banyak terkait dan
dipengaruhi oleh jenis tipologi desan di
mana desa tersebut mempunyai sumber
matapencarian tertentu, seperti pada de
sa nelayan dengan hasil ikan yang cepat
membusuk dan harus cepat dijual, sengat rentan terhadap kemiskinan dengan
tingkat kemisikinan tinggi, demikian juga esa dengan perladangan. Tingkat
kemiskinan tersebut juga dipengaruhi
oleh ada atau tidaknya matapencarian
alternative, dengan adanya sumber matapencarian alternative pengahsilan jika
penghasilan utamanya mengalami penyusutan.
2. Paling tidak pada desa-desa percontohan,
sarana prasarana terpenuhi dan memadai
seperti jalan, pasar, maupun sarana yang la
in, akan tetapi “ kelengkaapan“ sarana
dan prasarana tersebut belum cukup untuk dapat menggerakkan keberagaman
kegiatan perekonomian masyarakat desa,
yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarkat.
3. Disamping itu, dibalik terpenuhinya fasilitas tersebut masih belum mampu untuk
menjadi suatu stimulus untuk menggerakkan perekonomian masyarakat, yang
selanjutnya dapat menjadi usaha untuk
dapat menanggulangi kemiskinan yang
selam ini dialami oleh wilayah pedesaan
4. Penguasaan lahan untuk desa-desa yang berlokasi di pulau Jawa umumnya kurang
dari 0,5 Ha dan di desa di luar Jawa lebi
h dari 0,5 Ha , hal ini terkait dengan masih
luasnya tanah yang ada di luar pulau ja
wa. Kepemilikan lahan ini paling tidak
mempunyai peran untuk mengusahakan penduduk sebagai sarana untuk mencari
alternative sumber matapencarian utamanya :
Maka perlu adanya suatu rekomendasi
dalam upaya untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan masuarakat dan peningkata
n pembangunan ekonomi pedesaan dimasa
mendatang yang lebih menitikberatkan pada :
1. Peningkatan kemampuan sumberdaya ma
nusia, peningkatan ini menjadi sesuatu
yang penting karena dengan meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia yaitu
peningkatan jenjang pendidikan penduduk ak
an berpengaruh pada kecepatan
penyerapan adopsi teknologi, kemampuan untuk menggali informasi dan daya
kreatifitas dan inovasi. Dengan peningkata
n kemampuan tersebut akan lebih
meningkatkan pendapatan masyarakat, yang
ada pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraannya dan dapat mengentaskan dari garis kemiskinan.
2. Adanya penciptaan dan pengembangan lembaga ekonomi yang sudah ada, lembaga
ekonomi ini seperti keberadaan koperasi,
unit pelaksana teknis (UPT), tempat
pelelangan ikan (TPI), dimana akan le
bih banyak membantu masyarakat dalam
upaya untuk meningkatkan pendapatannya.
3. Mengevaluasi peraturan-peraturan yang selama ini terkait dan berhubungan dengan
masyarakat pedesaan, agar lebih berpihak pada masyarakat kecil, dengan demikian
campur tangan pemerintah paling tidak
dibutuhkan untuk memberi kepastian
hokum dan melindungi masyarakat kecil
jika akan berhadapan dengan golongan
masyarakat yang mempunyai modal dan kekuasaan yang lebih besar.
4. Pemerintah supaya lebih aktif mendorong dan mancari alternative matapencarian
pada masyarakat pedesaan terutama pada
masyarakat yang hidup pada desa dengan
tipologi desa nelayan, desa jasa dan desa perdagangan. Peran aktif pemerintah
tersebut terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakt melalui
suatu pelatihan atau kursus maupun pendi
dikan keterampilan, seperti pelatihan
pengolahan hasil perikanan, bagi desa
nelayan maupun pelatihan untuk berkreasi
seni lebih tinggi terhadap hasil keramik dan gerabah pada masyarakat di desa dan
perdagangan.