Malam ini terasa sangat sunyi, sunyi sekali sampai aku merasakan
sepi yang begitu menusuk, perasaan yang tak karuan menyelimuti ku hati saat
ini, saat dimana aku sebelumnya perang denganmu tak bisa ku hindari aku
mengatakan aku baik-baik saja pada setiap orang namun keadaanku tak menunjukan
pada apa yang ku ucapkan, setiap orang bisa melihat, memprediksi dan bahkan bisa
menilai saat seseorang sedang sedih sekalipun, walaupun di bibirnya dia
menghias dengan senyum dan berkata aku baik-baik saja.
Aku berjalan keluar, menysuri jalan yang entah sebenarnya tujuan ku
kemana, yang aku tahu hanya semoga bisa menemukan tempat yang pas untuk ku
bersandar dan bisa untuk ku berteriak, tapi sayang di ibu kota ini terlalu
ramai dan terlalu padat untuk ku bisa temukan tempat seperti itu, dan aku pun
hanyalah penduduk baru yang tak bisa begitu saja mengusir penduduk lama hanya
untuk sebuah tujuan ku. Kota ini ramai, ya! ramai sekali tapi seramai apapun
kota ini aku selalu berada di dalam kamarku, kamarku yang dimana hanya ada aku
dan se isi kamarku yang tak sama sekali bisa ku ajak walau hanya sekedar
berbincang apalagi untuk ku ajak curhat. Keseharianku aku habiskan di kamarku
ini jika sedang tidak ada jadwal kuliah, ya begitulah kehidupanku yang terlalu
takut mengenal dunia luar. Dunia luar munkin terlalu luas dan berbahaya untuk
ukuran anak seperti aku, walaupun aku tahu betapa kerasnya kehidupan di ibu
kota, apapun di pertaruhkan dan menjadi taruhan bagi yang tidak kuat dengan
kehidupan ini.
Ya inilah sikapku yang harus kamu terima dengan lapang dada, walaupun
aku tahu mungkin hanya bisa menghela nafas dan mengusap dada untuk sikapku yang
mungkin menurutmu itu kenak-kanakan, tapi harus aku tegaskan bahwa memang
itulah aku, aku pun berbesar hati jika pada kenyataannya kamu ga bisa menerima
kenyataan bahwa aku seperti ini. Dan aku selalu berdoa semoga kamu bertemu
dengan apa yang kamu harapkan.
Batinku sedikit tergoncang mungkin karena setiap ada masalah
denganmu, semua masalah yang dulu pernah hadir seakan kembali terbuka dan mengingatkanku
betapa sakitnya semua itu bila aku mengingatnya, dan betapa teganya kau padaku.
ENTAHLAH!!!!!!!!!!!!!! Aku egois atau bahkan ingin menang sendiri
tanpa aku berfikir akan kemenanganmu, aku sadar memilikimu adalah tujuan dari
pertama aku mengenalmu, tapi sedikitpun aku tidak pernah tahu apa yang
sebenarnya kamu inginkan atau bahkan hanya untuk sekedar bertanyapun aku
enggan, terlebih karena aku egois tak ingin bersama yang lain atau aku dengan
begitu saja melepasmu, tapi saat masalah menghampiriku aku tersadar, dan
kutipan dari film yang berjudul “perahu Kertas’’ menjadikan aku untuk berfikir
dewasa seperti kata-kata kutipannya “hati itu di pilih bukan memilih” kalimat
itu singkat tapi membuat aku berfikir begitu dalam mencari apa arti yang benar-benar
tersirat di dalamnya. Aku mulai mengerti bahwa cintaku kepadanya adalah memilih
dan aku bisa di katakana tidak di pilih olehnya, jika ingat itu aku selalu
ingin mengakhiri kisah ini, aku merasa tidak seberuntung orang lain yang begitu
sangat bisa dengan mudahnya dia kagumi lalu di pilih olehmu, aku tidak tahu
persis berapa wanita yang kau pilih dan pada saat itu hanya menjadi penonton,
ya penonton setia yang selalu berharap suatu saat ada giliranku walaupun aku
hanya menunggu keajaiban dan aku di jadikan pilihan terkahir untuk di pilihnya,
entah dengan alasan apapun, karena cintaku untuknya buta sampai pada saat itu
aku tak pernah menghiraukan apa alasannya datang padaku. Yang aku tahu dia
telah memilih wanita sebelumnya bahkan begitu sangat di pujanya sampai akupun
harus menyaksikan secara langsung hal yang sama sekali tidak aku harapkan, aku
hanya bisa tersenyum dan mendoakan agar kalian di permudah untuk saling memilih
dan di pilih. Aku muak harus melihat kata-kata yang menggelitik begitu manjanya
kau lontarkan pada wanita yang saat itu kau benar-benar ingin bersamanya,
seolah kau ingin dunia tahu bahwa kau telah memilih wanita yang kau inginkan
tanpa rasa sungkan, aku hanya mengikuti perkembanganmu, aku tahu kau akan
bahagia dengan pilihanmu, karena denganku bukanlah pilihanmu melainkan hanya
sebatas pelarianmu, lagi-lagi aku buta, buta dalam buta berkali-klai ku merasa
sakit dan teriris aku masih saja mau untuk menanggapi dia yang sebelumnya aku
berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak ingin ada hubungan apa-apa lagi
denganmu tapi pada akhirnya aku jatuh pada lubang yang sama.
Terdengar jahat memang jika aku tidak memaafkannya apalagi hati
kecil ini yang selalu memanggilnya dan berharap menjadi pelipur lara ku, walau
aku harus menelan pahitnya kenyataan hatimu bukan untukku. Enthalah aku yang
terlalu berfikiran negatif kepadamu atau bagaimana yang jelas itulah yang aku
rasakan, benar tidaknya cukup kau jawab dalam hati dan aku pun rasanya tidak
perlu tahu dan mendengar langsung jawabanmu.
Aku juga wanita sama seperti yang lain, yang kadang suatu saat
menuntut untuk sebuah alasan yang mungkin akan kau anggap sepele dan tidak
penting, peka lah aku tidak bisa terus menerus berbicara apa yang kurasakan,
sesak rasanya jika hanya aku yang tahu dan menahannya, dan dengan watadosnya
kamu hanya bisa berkata “memangnya apasi? Apa susahnya tinggal ngomong?” sadar
atau tidak saat kamu bertanya seperti itu malah menjadikanku ilfil dan tidak
ingin berbagi apapun. Aku tahu, dan mengerti jika harus selalu menghela nafas
untuk lelaki sepertimu yang tidak romantic dan akupun tidak memaksamu untuk
seperti yang tidak kamu inginkan, tapi setidaknya hanya untuk bermesra dan
bercumbu denganku tanpa harus aku minta, apakah susah? Aku wanita, yang setiap
halnya menggunakan perasaan bukan logika!
Kadang aku merasa lelah, sangat lelah bahkan saat ada masalah
denganmu tapi harus kusadari taka da masalah yang tak bisa di selesaikan
termasuk masalah kita, aku tipe orang yang bergantung pada mood, saat mood ku
bagus aku akan dengan gampangnya mengabaikan masalah kita dan secepatnya
berfikir untuk menyelesaikan dan meminta maaf tetapi sebaliknya saat mood ku
jelek aku bisa seketika ingin mengakhiri semuanya dan tanpa berfikir nanti kedepannya
aku akan seperti apa. Yasudah itu resiko ku walapun berat pasti aku
melakukannya.
Aku yang selalu perang dengan batin tentangmu, menuntutmu dengan
harapan seperti yang ku inginkan tapi tak kuasa aku harus mengatakan hal jahat
itu padamu karena saat aku ingin mengatakannya kutipan dari film “perahu kertas”
pun memberiku pelajaran lewat kalimatnya “carilah orang yang bisa memberimu
segalanya, apapun itu tanpa harus kamu minta” yaps! Kalimat itulah yang
mengurungkan niatku untuk sekedar berbicara masalah itu, aku mengerti sangat
jelas apa maksud kalimat itu, aku mencintainya dengan tulus tanpa harus dia
minta, tapi aku tidak menemukan apa yang aku mau tanpa aku harus minta darinya.
Mungkin bukan dia, atau mungkin bukan pada cintanya aku harus menemukannya.
Aku selalu berharap yang terbaik walaupun begitu kenyataanya, aku
mencoba ikhlas menerima semuanya tapi ya aku harus lebh sering menelan rasa
pahit dan menahan batinku yang sakit saat kali aku harus bertemu dengan momen
yang memang aku ingin dia menggandengku tanpa rasa malu dimanapun dan siapapun
yang melihat tapi lagi-lagi aku harus menjadi wonder women saat-saat seperti
itu, dia yang lebih asik dengan hadirnya orang lain dan dengan akrabnya
memperlihatkan kepadaku seolah tak ingin
ku ganggu pembicaraannya. Ya aku yang harus selalu menjadi penonton baginya,
tak apa walau seketika padahal hatiku
hancur rasanya ingin enyah dari mereka, pergi ke kamar dan menguncinya agar kau
tak pernah tahu apa yang terjadi padaku, bukan begitu biasanya? Biasanya juga
kau tak pernah tahu karena hanya mengandalkan bertanya tanpa mencari tahu dan yasudahlah
jangan terlalu pusing memikirkanku, fokuslah pada tujuanmu, kuliahmu, dan
wanita yang di pilih olehmu!
Miris rasanya jika aku harus mengingat hal itu, aku mungkin bisa
menyimpulkan wanita yang dulu mengejar cintamu, dan tiba-tiba di tengah jalan
cintaku harus kandas begitu saja dengan alasan yang tak begitu jelas. Dan
disitulah di mulai pencarianmu pada setiap wanita manapun dan siapapun yang
inginkan, kau bisa pilih dengan harapan salah satu dari mereka bisa meresponmu,
tapi ternyata tak seorangpun meresponmu dan pada akhirnya skenario Tuhan yang
begitu berbelit mengharuskanmu kembali padaku, entah terpaksa, entah pelarian
karena tak ada wanita yang sukses kau dapati saat itu. Aku tahu persis saat itu
posisimu sedang menanti SMS yang berisikan kabar dari seseorang yang
memberitahumu bahwa itu nomor barunya, tapi entah apa yang membuatmu jadi
menghubungiku kembali entah karena kamu kesepian karena terlalu lama menunggu
yang tak pasti memberi kabar padamu hingga aku mungkin menjadi salah satu
pelarianmu, entah apapun alasanmu yang aku tangkap hanya itu.
Hingga saat ini kau terlihat begitu mencintaiku hanya di hadapanku
saja, aku tidak tahu berapa lama lagi bisa bersamamu dalam keadaan seperti Ini,
terjebak nostalgia yang begitu dalam, dalam perasaan ku, aku tahu kau sangat
kritis pasti akan mempertanyakan segala sesuatunya padaku tapi bukan itu
harapanku.
Aku memang tak sempurna, layaknya wanita lain yang bisa di
kategorikan sempurna. Aku pasrah dengan keadaanku yang seperti ini, sekalipun
hanya lelaki buta yang melihatku sempurna bahkan begitu sempurna, setidaknya
aku akan merasakan kebahagiaan, bukan karena dia tidak tahu kebenarannya
seperti apa melainkan untuk saling melengkapi kekurangan itu dan menjadi tak
terlihat. Dengan begitu setidaknya aku bisa merasakan indahnya di pilih untuk
sebuah cinta yang hakiki yang tanpa syarat, yang berisikan tentangku bukan
orang lain yang dengan bangganya dia
mengatakan bahwa akulah wanita tercantik di negeri ini walaupun dia
melihatnya dalam kegelapan. Bukan kah cinta itu buta? Tidak perduli siapa yang
dia cinta dan seperti apa keadaannya, yang dia tahu hanya dalam peran cinta itu
aku dan kamu dan tidak ada orang lain!
Aku bukan mengemis untuk di cintai, menuntut sesuatu yang memang
hak ku tapi bukan kewajibanmu, dan biarlah semua ini berjalan begitu saja agar
tak ada yang tersakiti jika suatu saat nanti kita harus benar-benar di hadapkan
pada kenyataan yang mengharuskan kita berpisah.
Aku yang mengatakan memang jika kita mampu mengalahkan jarak dan
itu bukan hal aneh bagi kita, dan akupun tidak ada masalah dengan jarak ini,
tapi kita harus lebih rela membenci jarak ini walaupun hanya terpisah kota
tetap saja jarak ya tetap jarak tidak bisa ku ukur dengan jengkalku.
Aku memang tak ingin menyerah, maka sebisa mungkin buatlah aku yang
berhati baja dengan kesetianmu yang sedikitpun tak ada waktumu untuk berpaling
pada yang lain agar aku berhenti berfikir negative dan membuangnya jauh,
rasanya tiap detik perasaan itu tidak bisa aku hindari. Dan buatlah aku wanita
paling bahagia di dunia ini karena telah memilihmu dan mempertahankanmu dengan
alasan yang tak cukup dengan satu kalimat, dan jangan buat aku berpenilaian
salah telah memilihmu bahkan rela kembali padamu untuk yang kedua kalinya bukan
untuk mengulang kesalahan dulu melainkan memperbaikinya tapi tak bisa di
pungkiri bahwa memang masalah pasti akan ada saja entah sekecil apa dan entah
sebesar apa aku tidak tahu yang aku harus siap, seperti saat ini misalnya aku
yang sedang mersa kesal dengamu.
Tak ada hubungan tanpa masalah, selama kita hidup akan selalu ada
hadir yang namanya masalah bahkan akan saling berganti satu sama lain maka
bantu aku untuk meng kokohkan pondasiku, bukan malah ikut menghancurkannya,
bantu aku dan raihlah aku.
Terdengar egois memang dalam setiap kata demi kata ku, ya begitulah
aku, aku orang yang akan kau benci setiap saat aku marah padamu, dan aku orang
yang kau sayangi yang juga harus kau terima apa adanya dengan lapang…
Cerita yang tak mengenal
akhir-LDR